Cerita ini berawal pada tahun 2010 dan
kejadian itu terjadi di rumah istri om-ku. Om-ku itu bekerja pada bidang
marketing, jadi kadang bisa meninggalkan rumah sampai satu minggu
lamanya, dan untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka berdua bersama tiga
anaknya yang masih kecil, mendirikan sebuah warung di depan rumah.
Tanteku itu orangnya lumayan menarik dengan postur tubuh setinggi 170
cm dengan ukuran dada 34B, berumur kira-kira 29 tahun. Sebenarnya dulu
aku suka sekali melihat tubuh mulus tanteku, secara tidak sengaja ketika
dia sedang mandi karena memang di tempat kami kamar mandi pada saat itu
atasnya tidak tertutup genteng dan tanpa berpintu, jadi kalau ada yang
mandi di situ hanya dengan melampirkan handuk di tembok yang menjadikan
tanda bahwa kamar mandi sedang dipakai.
Tidak sampai di situ
saja, kadang tanteku ini suka memakai baju tidur yang model terusan
tipis tanpa memakai BH dan itu sering sekali kulihat ketika di pagi
hari. Apalagi aku sering sekali bangun pagi sudah dipastikan tanteku
sedang menyapu halaman depan dan itu otomatis ketika dia menunduk
menampakkan buah dadanya yang lumayan besar dan montok. Hal ini
dilakukan sebelum dia menyiapkan keperluan sekolah anaknya, kalau om-ku
biasanya tidak ada di rumah karena sering bertugas di luar kota selama
empat hari. Pernah aku melamunkan bagaimana rasanya jika aku melakukan
persetubuhan dengan tanteku itu, namun akhirnya paling-paling
kutumpahkan di kamar mandi sambil ber-onani. Rupanya anga-anganku itu
dapat terkabul ketika aku sedang menumpang nonton TV di rumah tanteku
pada siang hari dimana ketiga anaknya sedang sekolah dan om-ku sedang
bertugas keluar kota pada pagi harinya.
Kejadian itu terjadi
ketika aku sedang menonton TV sendirian yang bersebelahan dengan warung
tanteku. Ketika itu aku ingin mengambil rokok, aku langsung menuju ke
sebelah. Rupanya tanteku sedang menulis sesuatu, mungkin menulis barang
belanjaan yang akan dibelanjakan nanti.
“Tante, Diko mau ambil
rokok, nanti Diko bayar belakangan ya!” sapaku kepada tanteku. “Ambil
saja, Ko!” balas tanteku tanpa menoleh ke arahku yang tepat di
belakangnya sambil meneruskan menulis dengan posisi membungkuk. Karena
toples rokok ketengan yang akan kuambil ada di sebelah tanteku tanpa
sengaja aku menyentuh buah dadanya yang kebetulan tanpa memakai BH.
“Aduh! hati-hati dong kalau mau mengambil rokok. Kena tanganmu, dada
tante kan jadi nyeri!” seru tanteku sambil mengurut-urut kecil di
dadanya yang sebelah samping kirinya. Namun karena tidak memakai BH,
nampak dengan jelas pentil susu tanteku yang lumayan besar itu. “Maaf
Tan, aku tidak sengaja. Begini aja deh Tan, Diko ambilin minyak supaya
dada Tante tidak sakit bagaimana!” tawarku kepada tanteku. “Ya sudah,
sana kamu ambil cepat!” ringis tanteku sambil masih mengurut dadanya.
Dengan segera kuambilkan minyak urut yang ada di dalam, namun ketika
aku masuk kembali di dalam warung secara perlahan, aku melihat tante
sedang mengurut dadanya tapi melepaskan baju terusannya yang bagian
atasnya saja. “Ini Tante, minyak urutnya!” sengaja aku berkata agak
keras sambil berpura-pura tidak melihat apa yang tanteku lakukan.
Mendengar suaraku, tanteku agak terkejut dan segera merapikan bagian
atas bajunya yang masih menggelantung di bagian pinggangnya. Tampak
gugup tanteku menerima minyak urut itu tapi tidak menyuruhku untuk lekas
keluar. Tanpa membuang kesempatan aku langsung menawarkan jasaku untuk
mengurut dadanya yang sakit, namun tanteku agak takut. Pelan-pelan
dengan sedikit memaksa aku berhasil membujuknya dan akhirnya aku dapat
ijinnya untuk mengurut namun dilakukan dari belakang.
Sedikit
demi sedikit kuoleskan minyak di samping buah dadanya dari belakang
namun secara perlahan pula kumemainkan jariku dari belakang menuju ke
depan. Sempat kaget juga ketika tanteku mengetahui aksi nakalku. “Diko!
kamu jangan nakal ya!” seru tanteku namun tidak menepis tanganku dari
badannya yang sebagian ditutupi baju. Mendapati kesempatan itu aku tidak
menyia-nyiakan dan secara aktif aku mulai menggunakan kedua tanganku
untuk mengurut-urut secara perlahan kedua bukit kembar yang masih
ditutupi dari depan oleh selembar baju itu. “Ohh… oohh…” seru tanteku
ketika tanganku sudah mulai memegang susunya dari belakang sambil
memilin-milin ujung susunya. “Jangan… Diko… jang…” tante masih merintih
namun tidak kuacuhkan malah dengan sigap kubalikkan tubuh tanteku hingga
berhadapan langsung dengan diriku. Kemudian dengan leluasa kumulai
menciumi susu yang di sebelah kiri sambil masih mengurut-urut susu di
sebelahnya. Kemudian aku mulai mencucupi kedua puting susunya secara
bergantian dan tanteku mulai terangsang dengan mengerasnya kedua
susunya.
Tidak sampai di situ, rupanya tangan tanteku mulai
menjelajahi ke bawah perutku berusaha untuk memegang kemaluanku yang
sudah dari tadi mengencang. Ketika dia mendapatkannya secara perlahan,
dikocok-kocok batang kemaluanku secar perlahan dan tiba-tiba tanteku
mengambil sikap jongkok namun sambil memegang kemaluanku yang lamayan
panjang. Untuk diketahui, batang kemaluanku panjangnya kurang lebih 20
cm dengan diameter 3,5 cm. Tanteku rupanya sedikit terkejut dengan
ukuran kemaluanku apalagi sedikit bengkok, namun dengan sigap tapi
perlahan tanteku mulai mengulum kemaluanku secara perlahan dan semakin
lama semakin cepat. “Ah… ah… ah… yak.. begitu… terus… terus…” erangku
sambil memegangi kepala tanteku yang maju mundur mengulum batang
kemaluanku. Kemudian karena aku sudah tidak tahan, tubuh tante kuangkat
agar duduk di pinggir meja dimana tadi dia menulis, dan dengan sedikit
gerakan paha tanteku kupaksa agar meregang. Rupanya tanteku masih
mengenakan CD dan dengan perlahan kubuka CD-nya ke samping dan
terlihatlah gundukan kemaluannya yang sudah basah.
Secara
perlahan kuciumi kemaluan tanteku dan kumain-mainkan klirotisnya. “Ah…
ahhh.. Diko, Tante mau keluuuaarrr…” Beberapa saat kemudian rupanya
tanteku akan mengalami orgasme, dia langsung memegangi kepalaku agar
tetap di belahan kemaluannya dan kemudian mengeluarkan cairan surganya
di mulutku, “Crettt… crett… cret…” mulutku sampai basah terkena cairan
surga tanteku. Kemudian tanteku agak lemas namun masih kujilati
kemaluannya yang akhirnya membangkitkan nafsu untuk bersetubuh denganku.
Kuangkat tubuh tante ke bawah warung, dan dengan sedikit agak keras aku
dapat merubah posisinya menelentang di depanku, kubukakan semakin lebar
kedua kakinya dan mulai kuarahkan ujung kemaluanku ke mulut lubang
kemaluannya. Agak susah memang karena memang aku agak kurang
berpengalaman dibidang ini namun rupanya tanteku dapat memahaminya.
Dengan sabarnya dituntunnya ujung kemaluanku tepat di lubang
kemaluannya. “Pelan-pelan ya, Diko!” lirih tanteku sambil menggenggam
kemaluanku.
Ketika baru masuk kepala kemaluanku tanteku mulai
agak meringis tetapi aku sudah tidak kuat lagi dengan agak sedikit paksa
akhirnya kemaluanku dapat masuk seluruhnya. “Diko… akh…” jerit kecil
tanteku ketika kumasukkan seluruh batang kemaluanku di dalam lubang
kemaluannya yang lumayan basah namun agak sempit itu sambil merapatkan
kedua kakinya ke pinggangku. Perlahan aku melakukan gerakan maju mundur
sambil meremas-remas dua susunya. Hampir tiga puluh menit kemudian
gerakanku makin lama main cepat. Rupanya aku hampir mencapai puncak.
“Tan… aku… aku mauuu… keluar…” bisikku sambil mempercepat gerakanku.
“Dikeluarkan di dalam saja, Dik!” balas tanteku sambil
menggeleng-gelengkan kecil kepalanya dan menggoyangkan pantatnya secara
beraturan. “Tan… aku… keluarrr…” pekikku sambil menancapkan kemaluanku
secara mendalam sambil masih memegangi susunya. Rupanya tanteku juga
mengalami hal yang sama denganku, dia memajukan pantatnya agar
kemaluanku dapat masuk seluruhnya sambil menyemburkan air surganya untuk
ketiga kalinya. “Cret… cret… cret…” hampir lima kali aku memuntahkan
air surga ke dalam lubang kemaluan tanteku dan itu juga di campur dengan
air surga tanteku yang hampir berbarengan keluar bersamaku. “Cret…
cret… cret… ahh…” tanteku melengkungkan badannya ketika mengeluarkan air
surga yang dari lubang kemaluannya.
Akhirnya kami tergeletak
di bawah dan tanteku secara perlahan bangun untuk berdiri sambil mencoba
melihat kemaluannya yang masih dibanjiri oleh air surga. “Diko! kamu
nakal sekali, berani sekali kami berbuat ini kepada Tante, tapi Tante
senang kok, Tante puas atas kenakalan kamu,” bisik tanteku perlahan. Aku
hanya bisa terseyum, sambil menaikkan kembali celanaku yang tadi
dipelorotkan oleh tanteku. Tanteku akhirnya berjalan keluar, namun
sebelum itu dia masih menyempatkan dirinya untuk memegang kemaluanku
yang lumayan besar ini.
Inilah pengalamanku yang pertama, dan
sejak itu kami kadang mencuri waktu untuk mengulangi hal tersebut,
apalagi jika aku atau tanteku ingin mencoba posisi baru dan pasti ketika
Om-ku dan anak-anak tanteku berangkat sekolah. Sekarang hal itu sudah
tidak kulakukan lagi karena tanteku sekarang ikut Om-ku yang mendapat
tugas di daerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar